Eksotisme Dunia Kerja Di Jepang


Sudah semenjak awal kuliah saya mempunyai impian yang tinggi untuk hidup dan bekerja di Jepang. Keinginan ini sangat dipengaruhi oleh banyaknya drama Jepang yang saya tonton. Digambarkan kehidupan disana begitu damai penuh keteraturan, masyarakat yang ramah dan lingkungan yang bersih dan kemudahan fasilitas. Terbersit keinginan untuk mengais rejeki di negeri sakura itu di kemudian hari. Untuk mewujudkan hal itu mulai belajar bahasa jepang sampai rajin ikut kelas online saya lakukan. Sampai pada suatu saat saya membaca sebuah berita tentang kehidupan dunia kerja di jepang. Sekonyong-koyong saya menjadi pesimis untuk kesana.

Tak bisa dipungkiri banyak dari kita, anak muda Indoneisa selalu dan selalu membanggakan negeri Samurai, Jepang. apakah salah? tidak juga. mema
ng harus kita akui klo Jepang adalah negeri dengan segudang kehebatan, mulai dari teknologi, kedisiplinan, kreasi anime, sampai dunia sex! banyak juga dari kita yang mengandai-andai"seandainya saya bisa ke jepang, sekolah di jepang dan hidup di jepang..mulai sekarang bukalah mata anda dan apabila masih mau kesana kuatkan mental anda.

Setiap tahun terdapat jutaan mahasiswa yang bersorak gembira ketika mereka dinyatakan lulus dari universitas. Mereka senang karena jerih payah orang tua tidak sia-sia setelah mereka di wisuda mengenakan toga. Sayang sekali… mereka tida
k sadar kalau mereka baru saja keluar dari "kandang anak kucing" dan masuk ke hutan belantara yang dipenuhi oleh singa, ular berbisa, mawar beracun, dan banyak lagi yang aneh-aneh.

Menurut survey di Tokyo, orang-orang yang baru lulus kuliah cenderung mengalami tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan ketika mereka sedang menghadapi ujian terakhir di kampus. Kenapa mereka lebih stress? Karena mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan! Makin hari makin banyak darah segar yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Dan ketika saingan semakin banyak, banyak pula yang rela di gaji rendah, kerja semakin larut, dan tingkat kesehatan yang semakin menurun.





"Setiap hari saya hidup dengan kegelisahan yang mengerikan," kata Ikezaki, seorang karyawan kontrak yang saat ini kerja dengan gaji ¥75.000/bulan (atau sekitar 7 juta rupiah per bulan). "Ketika saya berpikir tentang masa depan saya, saya jadi tidak bisa tidur di malam hari."

Berdasarkan data dari pemerintah Jepang, terdapat lebih dari 10 juta orang yang hidup dengan penghasilan kurang dari standard normalnya Jepang yaitu ¥1.600.000/tahun (atau sekitar 155 juta rupiah per tahun).

Mungkin ini semua adalah akibat dari perusahaan-perusahaan Jepang yang lebih mementingkan keuntungan perusahaan dan memanfaatkan keluguan para pekerja baru (yang jelas-jelas tidak punya pilihan lain).

Terciptalah salaryman. Orang-orang yang hidup dengan gaji rendah, kerja setengah mati, tanpa uang lembur, dan tanpa kepastian peningkatan karir meskipun mereka telah bekerja puluhan tahun. Makanya jangan heran ketika kamu melihat banyak karyawan Jepang yang tertidur pulas di kereta ketika mereka menuju pulang ke rumah. Mereka terlalu lelah.

Karoshi artinya "mati di kerja" atau kematian karena stress pekerjaan. Halusnya berarti "meninggal karena setia dan mengabdi kepada perusahaan". Kematiannya bisa karena kecelakaan di tempat kerja, kematian karena terlalu lelah (kesehatannya menurun jauh), ataupun karena bunuh diri karena stress kerja.

Saking seriusnya masalah ini, pemerintah Jepang telah mencoba berbagai cara untuk mengatasinya. Mulai dari menyediakan nomor telepon darurat untuk menerima keluh-kesah para salaryman, buku petunjuk untuk mengurangi stress, sampai mensahkan undang-undang yang memberikan sejumlah uang (asuransi) ke para janda dan anak-anak yang ditinggal mati karena karoshi.

Menurut data pemerintah, dari 2.207 kasus bunuh diri pada tahun 2007, 672-nya adalah karena pekerjaannya terlalu banyak. Kasus karoshi yang terkenal adalah kasus kematian Kenichi Uchino pada tahun 2002, seorang manager quality-control berusia 30 tahun yang bekerja di perusahaan otomotif terbesar di dunia, Toyota.

Kenichi dikabarkan bekerja lembur selama 80 jam setiap bulan selama 6 bulan lamanya tanpa dikasih uang lembur atau bonus tambahan apapun. Dia akhirnya jatuh pingsan di tempat kerjanya dan dilarikan ke rumah sakit, yang kemudian membawanya ke akhirat.

McDonald's Jepang pun terkena masalah ini. Salah seorang manager restorannya jatuh sakit dan meninggal karena bekerja lembur tanpa bayaran apapun.

Mau gak mau, karena tekanan publik, Toyota dan McDonald's akhirnya memutuskan akan memberikan uang lembur bagi yang ingin bekerja lembur dan menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih baik.

Para salaryman ini sebenarnya niatnya baik, yaitu ingin memajukan perusahaannya. Ditambah lagi dengan kebudayaan Jepang yang selalu menekankan disiplin tinggi, mereka berpikiran bahwa dengan bekerja lebih lama dan lebih keras daripada karyawan lain dan tanpa meminta bayaran apapun, boss mereka bisa memberikan posisi yang lebih baik. Tapi kenyataan, TIDAK!!.

Bagaimana sih kehidupan seorang salaryman sehari-hari?

06:30 = bangun dari tempat tidur
07:30 = berangkat ke kantor (jalan kaki / naik sepeda / subway)
08:50 = harus tiba di kantor
09:00 = meeting pagi dengan supervisor
09:10 = mulai kerja
12:00 = makan siang (bento / kantin / restoran terdekat)
13:00 = mulai kerja lagi
17:00 = lembur dimulai (biasanya tanpa uang lembur)
20:30 = pesta nomikai (kalau ada)
21:30 = pulang ke rumah (jalan kaki / naik sepeda / subway)
22:30 = sampe rumah, nonton TV, baca koran
23:00 = tidur

Ulangi terus dari Senin-Jumat. Sabtu biasanya pulang lebih awal (kalau ada lembur, kerja seperti biasa). Minggu libur (kalau ada lembur, kerja seperti biasa).

Peraturan di kantor:

#1. Kalau atasan bilang bumi berbentuk kotak, maka bumi bentuknya kotak.
#2. Kalau dia berubah pikiran, maka bumi juga bentuknya berubah.
#3. Lupakan apa kata pelanggan. Boss adalah raja.
#4. Karyawan baru? Boss adalah Tuhan.
#5. Membungkuk. Membungkuk. Membungkuk


Perilaku Sopan Pelajar Jepang



Perilaku remaja di kelas lebih baik, bukannya memburuk, demikian hasil penelitian internasional. Menurut hasil penelitian tersebut murid-murid di Jepang menempati posisi tertinggi dalam peringkat perilaku baik.

Laporan dari forum kerjasama ekonomi OECD mendapati jumlah gangguan di kelas pada tahun 2009 lebih sedikit jika dibandingkan angka dalam hasil penelitian tahun 2000. Siswa-siswi di Inggris berperilaku lebih baik jika dibandingan perilaku rata-rata siswa di negara lain.

Namun, negara dan kawasan Asia mendominasi posisi teratas di daftar peringkat perilaku terbaik. OECD menerbitkan analisis statistik perilaku yang dihimpun sebagai bagian dari penelitian internasional forum tersebut. Penelitian itu juga membandingkan kinerja sistem pendidikan.

Penelitian OECD mencermati tingkat gangguan yang terjadi di kelas dari segi berapa lama guru harus menunggu siswa usia 15 tahun ''menjadi tenang'' dalam proses belajar. Penelitian mendapati bahwa, meski banyak pihak merisaukan perilaku buruk, kemungkinan remaja gaduh dan berulah menurun jika dibandingkan dengan hasil analisis internasional serupa pada tahun 2000. Peringkat perilaku siswa berdasarkan survei dari OECD:

Jepang
Kazakhstan
Shanghai-Cina
Hong Kong-Cina
Romania
Korea Selatan
Azerbaijan
Thailand
Albania
Federasi Rusia

''Keyakinan umum yang dipegang menyatakan disiplin siswa turun dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, dan bahwa para guru kehilangan kendali atas kelas mereka. Namun, keyakinan umum itu keliru,'' kata laporan OECD. ''Antara tahun 2000 dan 2009, disiplin di sekolah tidak memburuk - bahkan di banyak negara disiplin justru meningkat,'' kata isi laporan yang sama.

Namun, kesenjangan yang luas terjadi diantara 38 negara dan sistem sekolah regional yang dimasukkan dalam peringkat dari hasil penelitian OECD. Negara-negara dan kawasan di Asia menempati tujuh dari 10 tempat teratas. Tiga tempat teratas ditempati oleh negara di Eropa timur. Dua sistem persekolahan Cina - Shangai dan Hongkong - berada di posisi empat teratas. Ini mencerminkan munculnya Cina sebagai adidaya pendidikan yang tengah bangkit.

Dalam hasil pengukuran penelitian terhadap keterampilan baca-tulis yang diterbitkan bulan Desember, sistem persekolahan Shanghai menempati posisi teratas di dunia. Dalam penelitian perilaku ini, Inggris menempati posisi ke-28 dengan skor yang menempatkan perilaku siswa Inggris di atas rata-rata, dan di belakang Amerika Serikat dan Jerman, tapi di atas Prancis dan Italia.

Peringkat pendidikan internasional hasil penelitian OECD ini, di luar dugaan, menempatkan negara-negara Skandinavia di posisi bawah. Finlandia, yang biasanya berada di peringkat teratas urutan sekolah dunia, berada di tiga posisi terbawah. Hanya Argentina dan Yunani yang disebut mengalami gangguan yang lebih banyak di dalam kelas.

Tetapi kecenderungan umumnya adalah membaik, gangguan dan pertengkaran yang semakin berkurang."Yang terpenting," kata laporan itu, adalah bahwa riset ini "tidak menyeratakan bukti untuk mendukung anggapan bahwa disiplin di sekolah semakin parah".

Inovasi Menuju Kemandirian Nasional.


Inovasi dapat diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu perubahan pada sesuatu yang sudah ada atau untuk menciptakan sesuatau yang baru. Setiap orang berusaha melakukan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang telah dilakukan oleh Thomas Alva Edison, seorang ilmuwan yang berjasa dalam penemuan lampu,

Alexander Grahambell, Albert Einstein, dan Ilmuwan lainnya.


Inovasi sendiri dapat dilakukan dalam berbagai bidang, seperti transportasi, teknologi informasi, ilmu pengetahuan dan bahkan inovasi dalam bidang kuliner atau makanan. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan tidak mungkin kita mengatakan bahwa hanya sesuatu yang baru dalam bidang teknologi modern-lah yang disebut inovasi. Kalau begitu, bagaimana dengan orang yang tak pandai pada bidang teknologi namun ahli dalam bidang musik? Apakah sesuatu yang mereka hasilkan bukanlah inovasi? Oleh karena itu, setiap orang berhak untuk mencoba dan melakukan inovasi, tanpa membeda-bedakan fisik, staus sosial, status ekonomi, atau agama. Percayalah bahwa apapun yang kita hasilkan akan menjadi inovasi untuk dunia apabila sesuatu yang kita hasilkan dapat diterima oleh masyarakat dunia.


Bagaimana dengan Indonesia? Sebenarnya, bangsa Indonesia telah melakukan inovasi dalam beberapa bidang, seperti misalnya yang satu ini :

Mobil Super Irit buatan mahasiswa Indonesia


Lantas, mengapa sampai saat ini karya anak bagsa tersebut masih belum dapat mengalahkan produksi luar negeri? Hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya kualitas inovasi tersebut. Banyaknya barang-barang Impor dari luar negeri menjadi salah satu penyebab malasnya seseorang untuk berinovasi sehingga hanya sedikit inovasi asli anak bangsa . Selain itu citra yang telah melekat pada bangsa Indonesia juga turut mempengaruhi. Seperti halnya Jepang atau Amerika, kedua negara tersebut merupakan telah terkenal dengan segala kemajuanya di berbagai bidang. Sehingga apapun inovasi yang mereka lakukan, pastinya banyak orang yang penasaran dan mencoba hasil inovasi mereka. Sementara Indonesia? Sampai saat ini mungkin masih belum, namun siapa yang tahu bahwa beberapa tahun ke depan Indonesia menjadi bangsa maju dengan segala inovasi yang dilakukanya?


Motivasi.. adalah hal penting yang dibutuhkan dalam melakukan inovasi.

Misalnya, ketika kita menggunakan software Paint (aplikasi menggambar di windows). Ketika ingin membuat garis miring, garis yang dihasilkan akan pecah atau tidak lurus. Ini akan menimbulkan motivasi dalam diri kita untuk membuat software menggambar yang dapat membuat garis miring tanpa pecah. Orang yang berpikiran sempit dan mudah menyerah hanya akan menunggu dan menggunakan hasil karya orang lain, namun Orang yang berpikir kritis dan tidak mudah meyerah akan selalu berusaha untuk berinovasi dan melakukan yang terbaik. Sesungguhnya semua yang dilakukan pada akhirnya akan berdampak pada diri kita, dan ketika kita mulai merasa tidak cocok dengan sesuatu, barulah kita berusaha untuk melakukan perubahan.. Lantas, mengapa tidak dimulai saat ini? Lakukanlah dari ruang lingkup yang kecil, misalnya mulai dari linkungan sekitar lalu kembangkan hingga ke seluruh Indonesia dan hingga suatu saat dapat diterima oleh seluruh dunia. Janganlah malu untuk bertanya dan mencari panutan. Selain itu, jika tidak bisa melakukanya sendiri, lakukanlah berdua, jika 2 orang masih belum cukup lakukanlah dengan banyak orang. Lihatlah dunia, dan kita akan termotivasi untuk menjadi lebih baik dari mereka. Demi keluarga, Bangsa dan untuk diri kita sendiri, marilah berusaha untuk menjadi yang terbaik dan marilah berinovasi sebelum semuanya menjadi lebih sulit. Ubahlah diri kita, kemudian kita akan mengubah Indonesia menjadi negara mandiri dengan karya anak asli Indonesia.


Jika ada diantara kalian yang memiliki keahlian di bidang Komputer, kalian dapat memulainya dengan mengikuti lomba seperti yang diadakan COMPFEST 2011. Berikut ini lomba yang diadakan :

Blogging Competition Compfest 2011

1. Lomba Programming (SMA/Mahasiswa)

2. Lomba Blogging (umum)

3. Lomba Game Design (umum)

4. Lomba Robotic (SMA)

Info lebih lanjut : www.compfest2011.com.

Sementara untuk lomba-lomba dibidang lain dapat dicari di www.google.co.id.



referensi :

http://www.google.co.id/

http://www.tempointeraktif.com

http://andriewongso.com




-->Mungkin saat ini kita hanyalah seorang pemimpi, namun siapa yang dapat memastikan bahwa mimpi kita tidak akan pernah berubah menjadi kenyataan?<--

-->percayalah bahwa sesuatu yang baik akan selalu diterima dan sesuatu yang buruk akan ditinggalkan perlahan-lahan, oleh karena itu, teruslah berinovasi dalam hal positif dan jangan pernah mengikuti trend negatif.<--

Masjid yang tak Roboh oleh Bom Atom dan Gempa Bumi









Tahun 1945, Jepang terlibat perang Dunia Kedua. Penyerangan Jepang atas pelabuhan Pearl Harbour di Amerika telah membuat pemerintah Amerika memutuskan untuk menjatuhkan bom atom pertama kali dalam sebuah peperangan.

Dan Jepang pun kalah. Dua kotanya, Nagasaki dan Hiroshima dibom Atom oleh Amerika. Saat itu, kota Kobe juga tidak ketinggalan menerima akibatnya. Boleh dibilang Kobe menjadi rata dengan tanah.

Ketika bangunan di sekitarnya hampir rata dengan tanah, Masjid Muslim Kobe tetap berdiri tegak. Masjid ini hanya mengalami keretakan pada dinding luar dan semua kaca jendelanya pecah. Bagian luar masjid menjadi agak hitam karena asap serangan bom. Tentara Jepang yang berlindung di basement masjid selamat dari ancaman bom, begitu juga dengan senjata-senjata yang disembunyikannya. Masjid ini kemudian menjadi tempat pengungsian korban perang.

Pemerintah Arab Saudi dan Kuwait menyumbang dana renovasi dalam jumlah yang besar. Kaca-kaca jendela yang pecah diganti dengan kaca-kaca jendela baru yang didatangkan langsung dari Jerman. Sebuah lampu hias baru digantungkan di tengah ruang shalat utama. Sistem pengatur suhu ruangan lalu dipasang di masjid ini.

Sekolah yang hancur akibat perang kembali direnovasi dan beberapa bangunan tambahan pun mulai dibangun. Umat Islam kembali menikmati kegiatan-kegiatan keagamaan mereka di Masjid Muslim Kobe.

Krisis keuangan sering menghampiri kas komite masjid. Pajak bangunan yang tinggi membuat komite masjid harus mengeluarkan cukup banyak biaya dari kasnya. Beruntung, banyak donatur yang siap memberikan uluran tangannya untuk menyelesaikan masalah keuangan pembangunan dan renovasi masjid ini. Donasinya bahkan bisa membuat Masjid Muslim Kobe menjadi semakin berkembang.

Kekokohan Masjid Kobe diuji lagi dengan Gempa Bumi paling dahsyat tahun 1995. Tepatnya pada pukul 05.46 Selasa, 17 Januari 1995. Gempa ini sebenarnya bukan hanya menimpa Kobe saja, tapi juga kawasan sekitarnya seperti South Hyogo, Hyogo-ken Nanbu dan lainnya.

Para ahli menyebutkan bahwa gempa itu disebabkan oleh tiga buah lempeng yang saling bertabrakan, yaitu lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia. Meski hanya berlangsung 20 detik, namuun gempa ini memakan korban jiwa sebanyak 6.433 orang, yang sebagian besar merupakan penduduk kota Kobe. Selain itu gempa Kobe juga mengakibatkan kerusakan besar kota seluas 20 km dari pusat gempa.

Gempa bumi besar Hanshin-Awaji merupakan gempa bumi terburuk di Jepang sejak Gempa bumi besar Kanto 1923 yang menelan korban jiwa 140.000 orang. Namun hingga kini masjid Kobe tetap berdiri kokoh dan tegak, seakan tidak tergoyahkan meski didera berbagai bencana.

Soichiro Honda : “Lihat Kegagalan Saya”


Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda –Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikanpesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawanotomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.

Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang ”Raja” jalanan.

5 Resep keberhasilan Honda:

1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.

2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.

3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.

4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.

5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

Draw a 3D LCD Monitor with Photoshop


Preview

Preview

Step 1: Set Up the Canvas

Open up Photoshop. Create a new document (Ctrl/Cmd + N or File > New). We will use a square 256×256px canvas.

Set Up the Canvas

Step 2: Draw the Panel’s Base Shape

Create a new layer (Ctrl/Cmd + Shift + N or Layer > New Layer). Name this layer as "panel-base" so that we are keeping our work organized.

Draw an angled rectangular shape using the Pen Tool (P). You may also use the Rectangular Marquee Tool (M) and then use Free Transform (Ctrl/Cmd + T) to alter its perspective and angle — this is up to you.

As you can see above (if you used the Pen Tool), by default, Photoshop will draw a gray border around your shape so that you can see the edges. Although it doesn’t affect the shape and is merely a visual aid, it can be distracting and can make it difficult to see exactly what your shape looks like. You can turn this border on and off by pressing Ctrl/Cmd + H (shortcut for View > Extras).

Step 3: Give the Base Shape a Layer Style

Next, double-click on this layer to bring up the Layer Style dialog window. We shall give this shape three layer effects: a Gradient Overlay, a Color Overlay, and a Stroke.

Gradient Overlay

Have the gradient go from gray (#d3d1d1) to off-white (#fefcfc).

Color Overlay

This low-opacity color overlay will make our shape a little darker. Use black (#000000) for the color and lower the Opacity to 8%.

Stroke

Give the object a stroke that has a color gradient going from gray (#9a9a9a) to light gray (#d5d4d4).

The layer style will add the desired effects to the flat shape as shown below.

Step 4: Add a Glass Reflection to the Panel

Create a new layer (name it as "panel-gloss"). Create a white shape in this layer like the one shown below. You can Use the Pen Tool (P) for this.

Set the Opacity of the layer to 67%.

This will let a bit of the gradient background show through.

Step 5: Draw Lines at the Top and Bottom of the Panel

Choose the Line Tool (U) from the Tools Panel. Create a 1px white line at the top edge of the panel. You can use Ctrl/Cmd + H to hide the gray border that Photoshop puts around our shapes so you can see the result better. Rename this shape layer as "top-edge-shine".

Similarly, draw a 1px white line at the bottom of the panel (you can name this shape layer as "bottom-edge-shine"). Set the Opacity of the layer to 20%. The effect is subtle, but plays a major role in setting up visual appeal.

Step 6: Give the Panel Its Depth

Make a new layer (which can be named "panel-thickness"). On this new layer, create a black shape on the right side of the panel.

Step 7: Style the Left Side of the Panel

Give the left side of the panel ("panel-thickness") a Color Overlay and a Gradient Overlay.

Gradient Overlay

The linear gradient should go from gray (#d3d3d3) to light gray (#ebe8e8). Make sure to set your Angle correctly.

Color Overlay

Set the Color of the overlay to black (#000000) and reduce the Opacity to 20%.

Step 8: Add Details to the Left Side of the Panel

Now create a new layer (name it "shine-basic"), and under this layer, create a white line along the left edge of the left side of the panel. Reduce the Opacity to 40% after creating the line.

Duplicate this layer by pressing Ctrl/Cmd + J and set the Opacity of the duplicated layer to 100%. Add a layer mask to this duplicated layer by clicking on the Add layer mask icon at the bottom of the Layers Panel.

Choose the Gradient Tool (G). Make sure that your gradient is going from white to black and that the Reflected Gradient option is enabled (do this in the Options Bar of the Gradient Tool).

Drag the Gradient Tool onto the layer mask, starting from about the middle and going towards the top edge of the panel.

Step 9: Organize the "panel" Layer Group

Create a new group (name this layer group as "panel") and drag every layer into it except the Background layer. Click on the triangle on the left of the layer group to collapse it.

Step 10: Create the Screen Base Shape

Create a new layer (you can name it "screen-main") just above the newly made "panel" layer group. Draw a rectangular shape on top of the panel using either the Pen Tool or the Rectangle Tool (U), using Free Transform to adjust the perspective.

Step 11: Add a Gradient Overlay to the Screen Base Shape

Give the shape layer a Gradient Overlay going from a light blue (#3b6c9e) to a darker blue (#0ad2d9).

Step 12: Create a Bottom Screen Glow

Now create a new layer ("bottom-screen-glow") and make an elliptical white shape at the bottom of the panel with Ellipse Tool (U).

Apply Filter > Blur > Gaussian Blur to soften the elliptical white shape.

We will need to delete the part of the glow that spills out of the screen. Select the Polygonal Lasso Tool and then make a selection at the bottom edge of the screen, but leave out about a pixel of the screen so that it will create a nice realistic effect.

Switch the glow layer’s Blend Mode to Overlay and reduce its Opacity to about 56%.

Step 13: Create the Inner Shadow

Create a new layer (name it "inside-edge-shadow") and trace on the top and left edge of the screen using the Line Tool (U).

Give the shape a dark blue color overlay.

Duplicate the "inside-edge-shadow" layer (name the duplicate layer as "inside-edge-shine"). Use the Move Tool (V) to move this layer about 1px above the inner shadow. Give it a 1px color overlay (#ffffff) to create a nice inset effect for the inner shadow.

Step 14: Create the Screen Texture

Create a new layer. Make a selection using the Elliptical Marquee Tool towards the lower half of the monitor.

Use the Gradient Tool (G) to apply a white-to-transparent linear gradient starting from top to middle of the selection.

Duplicate the layer (Ctrl/Cmd + J). Choose Edit > Free Transform (Ctrl/Cmd + T) and rotate the duplicated layer by roughly -30o.

Again, duplicate the layer that we just rotated. Use Free Transform again to rotate the duplicated layer by about 45o. Also, Use Move Tool (V) to arrange these 3 layers to make them look like a fan of feathers.

Merge the latest 3 layers by selecting them in the Layers Panel, right-clicking on one of them, and then choosing Merge Layers. Name this merged layer as "waves" for organization.

Now click on the "screen-main" layer in the Layers Panel to select it. Use the Magic Wand Tool (W) to select around the screen’s base shape. Invert the selection (Select > Inverse). Press your Down Arrow key once to move the selection a bit, switch back to the "waves" layer, and hit the Delete key to remove the excess areas. Then just reduce the "waves" layer’s Opacity to about 15-20%, so that it’s not so prominent.

Right-click on the "waves" layer and then choose Convert to Smart Object. To finish off this design flourish, switch the Blend Mode to Overlay.

Step 15: Add a Symbol on the Screen

Let us add another touch of detail to the monitor screen. Create or import your favorite shape/logo in a new layer above the "waves" layer. I have used the Windows logo and have named its layer as "windows". You can search around Photoshop’s preset custom shapes — go to Edit > Preset Manager and then pick Custom Shapes in the Preset Type drop-down menu — to find a suitable symbol for your LCD monitor.

Reduce the Opacity of the symbol’s layer to around 81%, and then give it a Gradient Overlay that goes from a baby blue color (#cfedfc) to an off-white color (#f1f9fd).

Duplicate the layer and perform Edit > Transform > Flip Vertical. Use the Move Tool (V) to move the duplicate to the bottom right of the original symbol. Rotate it a little bit (about 15-20o) using Free Transform (Ctrl/Cmd + T). Adjust it again using the Move Tool (V) until it looks like a reflected version of it.

Add a layer mask to this duplicated layer and then apply a black-to-white linear gradient to the mask from the bottom to the top so that it fades away as you go further down the screen.

Step 16: Create a Sidebar on the Screen

In Windows Vista and 7, there are these things called widgets that you can place (by default) on the right of your desktop background. That area is denoted by a semi-transparent vertical rectangle. To add a bit more detail to our monitor, we will create that semi-transparent rectangle.

First, create a new layer (call it "sidebar") and on it, make a white shape on the right side of the screen (you can use the Pen Tool, the Rectangle Tool, or whatever tool you prefer for this). Reduce the Opacity of this white rectangle to about 10%.

We will give this sidebar a 1px border on its left (just like in Windows Vista/7). Create a new layer (you can name this layer "sidebar-stroke") and make a white line on the left of the sidebar. Then reduce the Opacity of the layer to about 10%.

Step 17: Create a Screen Gloss

We are really spending a lot of time on the screen and giving it a lot of details. This is because this area is the most prominent section of our work and also because the small details make up a big difference.

This time we’re going to give the screen a gloss at the top left. Create a new layer (call this new layer "screen-gloss"). Use the Polygonal Lasso Tool (L) to create a selection that leaves out about 1px of each side. Apply a white-to-transparent linear gradient onto the selection using the Gradient Tool (G), having the gradient go from left to right.

Set the Blend Mode to Overlay and Opacity to 60%.

Duplicate the "screen-gloss" layer and change the Blend Mode to Normal and Opacity to about 62%.

Create a new layer group (Layer > New > Group) called "screen" and drag all the layers above the "panel" layer group that’s associated with the monitor’s screen into this new group. You can collapse this group afterwards to keep our work more manageable.

Step 18: Create the Buttons

Create a new layer over the "screen" layer group. Make a tiny black ellipse in the new layer that represents the center control of the LCD monitor.

Give this button a Stroke and Gradient Overlay.

Stroke

Position the stroke Inside and having a gray color (#9c9b9b).

Gradient Overlay

Have the linear gradient go from a gray color (#959494) to a lighter gray color (#e8e7e7).

Duplicate this layer twice and position the two new buttons on either side of the first button using the Move Tool (V).

Merge these three layers (Ctrl/Cmd + E) and name the merged layer as "buttons".

Step 19: Give the Buttons a Gloss

Now create a new layer called "buttongloss". Make tiny white circles in this layer, just above the three buttons. Afterwards, reduce the layer Opacity of the layer to about 40%.

Create a new group (named "Buttons") and drag all the layers associated with the buttons into this group.

Step 20: Create the Stem Shape

Let us now move to the bottom portion of our LCD monitor, starting with the stem/neck of it. In the Layers Panel, click on the Background layer and then press Ctrl/Cmd + Shift + N to create a new layer just above it (you can call this new layer as "stem"). With the Pen Tool (P), make a black shape that represents the stem.

Step 21: Fade Out the Stem

Next, we will make it look like the stem is fading out as we go towards the bottom of the canvas to keep our work’s lighting consistent. Do this by applying a Gradient Overlay to its layer such that it’s darker gray (#6e6d6d) at the top and an off-white (#f3f2f2) at the bottom.

Step 22: Give the Stem a Gloss

Create a new layer (you can name this one "stem-gloss") and make a diagonal white shape over the stem using the Pen Tool (P). Afterwards, set the Opacity of this layer to around 20-25%.

Step 23: Give the Stem Its Depth

Similar to the panel, we also need to give our stem some depth and thickness. Make a new layer ("stem-thickness") and create a shape at the right side of the stem (shown in red). Give this shape a gray (#999898) Color Overlay.

Step 24: Create a Stem Shadow

We will make it look like the panel is casting a subtle shadow on the stem (again, we are minding the details). Create a new layer ("stem-shadow") and make a black shape in the area where the stem and the panel meets.

Add a layer mask to this layer by clicking on the Add layer mask icon at the bottom of the Layers Panel. Use the Gradient Tool (U) to drag a black-to-white gradient on the layer mask that goes from the top to the bottom. This should make it appear as though the shadow is fading as it goes towards the bottom of the canvas. Reduce the Opacity of the shadow’s layer to about 16%.

Create a new layer group called "stem" and move all the layers associated with the stem into it.

Step 25: Create the Base Shape

Next, we will create the base of the LCD monitor. Click on the Background layer and use Ctrl/Cmd + Shift + N to create a new layer above it (it should be below the stem). Draw a black ellipse.

Give the base shape a Drop Shadow, an Inner Shadow, and a Gradient Overlay.

Drop Shadow

Use a light gray color (#d8d8d8) for the drop shadow’s color.

Inner Shadow

Use an off-white color (#fdfbfb) for the inner shadow’s color.

Gradient Overlay

The gradient should go from a gray color (#d0cece) to an off-white color (#f0eded).

Step 26: Give the Base a Gloss

Create a new layer and make white shapes towards the front of the base shape using the Polygonal Lasso Tool (L). Reduce the Opacity of this layer to 50%.

Step 27: Draw the Inner Groove of the Base

Create a new layer and make an elliptical shape inside the base shape (you can probably duplicate the base shape and shrink it down with Free Transform).

Give the layer a Color Overlay, a Drop Shadow and an Inner Shadow.

Color Overlay

The color should be a mid-tone gray (#c0bebe).

Drop Shadow

The drop shadow color should be white (#ffffff).

Inner Shadow

The inner shadow color should be black (#000000).

The above styles will make it look like:

Step 28: Give the Base Some Depth

Duplicate the base shape again. Make sure that the duplicate is placed below the original. Move it down a bit.

Give the layer a Drop Shadow and a Gradient Overlay.

Drop Shadow

The drop shadow color should be black (#000000).

Gradient Overlay

The gradient will have 4 stops. From left to right, they are #aeaeae, #dbd8d8, #e5e2e2 and #d3cece.

You will now have something like this:

Step 29: Create a Shine on the Base

In a new layer (name it "base-shine" and place it just above the "base-engrave" layer), make a thin white shape using the Polygonal Lasso Tool (L).

Step 30: Cast a Shadow Behind the Panel

To keep our lighting consistent, we need a shadow behind the panel. Create a new layer for the shadow just above the background. Select a rectangular area (you can use the Polygonal Lasso Tool) that matches the orientation of the panel. Apply a black-to-transparent gradient using the Gradient Tool (G) inside the selected area. Once done, use Filter > Blur > Gaussian Blur with a Radius between 1-1.5px to soften the edges of the shadow’s shape. Afterwards, just reduce the layer’s Opacity to around 15%.

Step 31: Cast a Shadow Below the Base

Next, we will work on the base’s shadow. Create a new layer for it and make a black ellipse with the Elliptical Marquee Tool, just below the base. Again, just like the shadow behind the panel, choose Filter > Blur > Gaussian Blur with a Radius of about 1px. Reduce the layer’s Opacity to about 30%.

Create a layer just above the "base-shine" layer that we created earlier. Make a black shape that covers part of the back of the base of our LCD monitor. Afterwards, use the Gaussian Blur filter with the Radius at 1.3px to soften the edges. Once the filter has been applied, lower the Opacity of the layer to about 5%.

Step 32: Light Reflection at the Bottom of the Stem

Create a new layer just above the "stem-shadow" layer that we created earlier. On this new layer, use the Polygonal Lasso Tool to draw a shape for the light reflection, positioned at the bottom of the stem. Reduce the layer’s Opacity to about 20% afterwards.

Step 33: Improve the Lighting Around the Buttons

Still the lighting looks a little inconsistent. Ah, the buttons are located over a pale background. Open up the "panel" layer group, create a new layer on top of the "’bottom-edge-shine" layer, and on it, make a thin white line that goes across the screen.

Make a new layer again. Create a white half-ellipse with the Elliptical Marquee Tool that is located just behind our three buttons. Use Filter > Blur > Gaussian Blur with a Radius set around 4-5px to soften up the lighting; this is the final thing you have to do.

Tutorial Summary

A wonderful thing about what we have created is that we can change the layer styles to get different colors for the screen. For example, here are some that I created just by modifying our "screen-main" layer’s layer style. I hope you learned plenty of techniques with respect to drawing icons from scratch using Photoshop. Leave your thoughts and questions in the comments.s


http://designinstruct.com

Download Source Files