Showing posts with label Story. Show all posts
Showing posts with label Story. Show all posts

Soichiro Honda : “Lihat Kegagalan Saya”


Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda –Soichiro Honda – diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi…

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikanpesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawanotomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Kuliah karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947,setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” – cikal bakal lahirnya mobil Honda – itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok.

Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang ”Raja” jalanan.

5 Resep keberhasilan Honda:

1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.

2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.

3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.

4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.

5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

Anak Kecil yang Membungkam Dunia selama 6 Menit



Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yangg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children’s Organization ( ECO ).
ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak” lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.
Inilah Isi pidato tersebut:

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O – Enviromental Children Organization Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri.

Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.
Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia
yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.
Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena

berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya – hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap

bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.
Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi – tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi – dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama – perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita
semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.
Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami
membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan – kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.
Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami

menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: ” Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang ” .
Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun,
bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih
begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak.

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini – kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali.

Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, ” Semuanya akan baik-baik saja , ‘kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut
kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.


http://gokilonline.com/seorang-anak-kecil-yang-membungkam-dunia-selama-6-menit/

Salahuddin Al Ayyubi


Sebelum melihat dengan baik siapa Saladin ini mari kita sama-sama menghaturkan sedekah al-Fatihah untuknya dan semoga satu hari nanti lahir seorang lagi Saladin baru untuk menyelamatkan kembali Palestina khususnya dan Islam pada umumnya. Amin.

Baru-baru ini, industri film barat telah berjaya memaparkan sebuah film bertajuk “The Kingdom of Heaven” yang menampilkan Orlando Bloom sebagai Balian of Ibelin. Sekalipun telah mendapat kritikan dahsyat dari sebagian besar masyarakat barat, film yang telah berjaya di peringkat “Box Office” ini merupakan satu-satunya film yang telah mengimbangi kedudukan Islam di tengah-tengah konflik Israel-Palestina dan kekeliruan di kalangan masyarakat antara bangsa mengenai Islam.

Film tersebut juga telah membuat generasi muda Melayu terpegun dengan kehebatan dan kemulian Salahuddin Al-Ayubi sebagai salah seorang tokoh Kebangkitan Islam.


Salahuddin Sebagai Tokoh Katalis Kebangkitan Islam

Salahuddin dibesarkan sama seperti anak-anak orang Kurdis biasa. Pendidikannya juga seperti orang lain, belajar ilmu-ilmu sains di samping seni peperangan dan mempertahankan diri. Tiada seorang pun yang menyangka sebelum dia menguasai Mesir dan menentang tentara Salib bahawa anak Kurdis ini suatu hari nanti akan merebut kembali Palestina dan menjadi pembela akidah Islamiah yang hebat. Dan tiada yang menyangka pencapaiannya sedemikian hebat sehingga menjadi contoh dalam memerangi kekufuran hingga hari ini.


Stanley Lane Poole (1914) seorang penulis Barat menyifatkan Salahuddin sebagai anak seorang gubernur yang memilliki kelebihan daripada orang lain tetapi tidak menunjukkan satu pun tanda-tanda dia akan menjadi orang hebat di masa depan. Akan tetapi dia menunjukkan akhlak yang mulia.

Walau bagaimanapun Allah telah menakdirkannya untuk menjadi pemimpin besar pada zamannya dan Allah telah menyediakan dan memudahkan jalan-jalannya untuk menjadi pemimpin agung itu. Ketika dia menjadi tentara Al-Malik Nuruddin, Sultan Aleppo, dia diperintahkan untuk pergi ke Mesir.

Pada masa itu Mesir diperintah oleh sebuah kerajaan Syi’ah yang tidak bernaung di bawah khalifah. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis bahawa Salahuddin sangat berat dan memaksa diri untuk pergi ke Mesir bagaikan orang yang hendak di bawa ke tempat pembunuhan (Bahauddin, 1234).

Tetapi itulah sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” (Al-Baqarah:216)


Pertukaran Hidup Salahuddin Al-Ayubi

Ketika Salahuddin menguasai Mesir, dia tiba-tiba berubah. Dia yakin bahwa Allah telah mempertanggungjawabkan kepadanya satu tugas yang amat berat yang tak mungkin dapat dilaksanakan jika dia tidak bersungguh-sungguh. Bahauddin telah menuliskan dalam catatannya bahwa Salahuddin memerintah Mesir dengan sebaik-baiknya. Dunia dan kesenangannya telah lenyap dari pandangan matanya. Dengan hati yang rendah dan syukur kepada Allah dia telah menolak godaan-godaan dunia dan segala kesenangannya (Bahauddin,1234).

Bahkan Stanley Lane Poole (1914) telah menulis bahawa Salahuddin mengubah cara hidupnya ke hal-hal yang lebih keras. Dia bertambah wara’ dan menjalani hidup yang lebih berdisiplin dan sederhana. Dia mengesampingkan corak hidup yang penuh kesenangan dan memilih corak hidup “Spartan” yang menjadi contoh kepada tentaranya. Dia mencurahkan seluruh tenaganya untuk satu tujuan yaitu untuk membina kekuasaan Islam yang cukup kuat untuk menghalau orang kafir dari tanah air Islam.

Salahuddin pernah berkata, “Ketika Allah menganugerahkan aku bumi Mesir, aku yakin Dia juga bermaksud menganugrahkan Palestina untukku.” Ini menyebabkan dia memenangkan perjuangan Islam. Sehubungan dengan dia telah menyerahkan dirinya untuk jalan jihad.


Semangat Jihad Salahuddin Al-Ayubi

Fikiran Salahuddin sentiasa tertumpu kepada jihad di jalan Allah. Bahauddin telah mencatatkan bahawa semangat Salahuddin yang berkobar-kobar untuk berjihad menentang tentara Salib telah menyebabkan jihad menjadi tajuk perbincangan yang paling digemarinya. Dia sentiasa meluangkan seluruh tenaganya untuk memperkuat pasukan tentaranya, mencari mujahid-mujahid dan senjata untuk tujuan berjihad.

Jika ada siapa pun yang berbicara kepadanya berkenaan jihad dia akan memberikan sepenuh perhatian. Sehubungan dengan ini dia lebih banyak di dalam khemah perang daripada duduk di istana bersama sanak keluarga. Siapa saja yang menggalakan jihad akan mendapat kepercayaannya. Siapa saja yang memerhatikannya akan dapat melihat apabila dia telah memuliakan jihad melawan tentara Salib (dikenal dengan istilah Crusaders) dia akan menumpahkan seluruh perhatiannya pada persiapan perang dan menaikkan semangat tentaranya.

Dalam medan peperangan dia bagaikan seorang ibu yang garang kehilangan anak tunggal akibat dibunuh oleh tangan jahat. Dia akan bergerak dari satu ujung medan peperangan ke ujung lainnya untuk mengingatkan tentaranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah semata-mata. Dia juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinang air mata ketika mengajak manusia supaya bangkit membela Islam.

Ketika dia mengepung Acre dia hanya minum, itu pun selepas dipaksa oleh dokter peribadinya tanpa makan. Dokter itu berkata bahawa Salahuddin hanya makan beberapa suap makanan semenjak hari Jumaat hingga Senin karena dia tidak mau perhatiannya kepada peperangan terganggu. (Bahauddin, 1234)


Peperangan Salib di Hittin

Perang Hittin: Titik balik jatuhnya Yerusalem ke tangan Islam pada 583H

Satu saat peperangan yang sengit terjadi antara tentara Salahuddin dengan tentara Salib di kawasan Tiberias di kaki bukit Hittin. Akhirnya pada 24 Rabiul-Akhir, 583 H, tentara Salib kalah. Dalam peperangan ini Raja Kristen yang memerintah Palestina telah ditawan beserta adiknya Reginald dari Chatillon. Pembesar-pembesar lain yang dapat ditawan ialah Joscelin dari Courtenay, Humphrey dari Toron dan beberapa orang ternama yang lain. Banyak pula tentara-tentara Salib berpangkat tinggi telah tertawan. Stanley Lane-Poole menceritakan bahawa dapat dilihat seorang tentara Islam telah membawa 30 orang tentara Kristen yang ditawannya sendiri diikat dengan tali kemah.

Mayat-mayat tentera Kristian bertimbun-timbun seperti batu di atas batu di antara salib-salib yang patah, potongan tangan dan kaki dan kepala-kepala manusia berguling seperti buah tembikai. Diperkirakan 30,000 tentara Kristen tewas dalam peperangan ini. Setahun selepas peperangan, timbunan tulang dapat dilihat memutih dari jauh.


Kecintaan Salahuddin Al-Ayubi kepada Islam

Peperangan Hittin telah melengkapi kecintaan Salahuddin kepada Islam. Stanley Lane-Poole menulis bahawa Salahuddin berkemah di medan peperangan saat peperanggan Hittin. Pada satu ketika setelah kemahnya didirikan diperintahkannya tawanan perang dibawa ke hadapannya. Maka dibawalah Raja Palestina dan Reginald dari Chatillon masuk ke kemahnya. Dipersilakan sang Raja duduk di dekatnya.

Kemudian dia bangun pergi ke hadapan Reginald lalu berkata, “Dua kali aku telah bersumpah untuk membunuhnya. Pertama ketika dia bersumpah akan melanggar dua kota suci dan kedua ketika dia menyerang jamaah haji. Ketahuilah aku akan menuntut bela Muhammad SAW atasnya”. Lalu dia menghunuskan pedangnya dan memenggal kepala Reginald. Mayatnya kemudian dibawa keluar oleh pengawal dari kemah.

Raja Palestina ketika melihat adiknya dipancung, dia gemetar karena menyangka gilirannya akan tiba. Tetapi Salahuddin menjamin tidak akan mengapa-apakannya sambil berkata, “Bukanlah kelaziman seorang raja membunuh raja yang lain, tetapi orang itu telah melanggar segala batas-batas, jadi terjadilah apa yang telah terjadi”.

Tindakan Salahuddin adalah disebabkan kebiadaban Reginald kepada Islam dan Nabi Muhammad S.A.W. Bahauddin bin Shaddad, penasihat kepercayaan Salahuddin mencatat ketika jamaah haji dari Palestina diserang dianiaya tanpa belas kasihan oleh Reginald, di antara tawanannya mengiba-iba supaya mereka dikasihani. Tetapi Reginald dengan angkuhnya mengatakan, “Mintalah kepada Nabi kamu, Muhammad, untuk menyelematkan kamu”. Ketika dia mendengar berita ini dia telah berjanji akan membunuh Reginald dengan tangannya sendiri apabila dia dapat menangkapnya.


Salahuddin Menawan Baitul Muqaddis

Kemenangan peperangan Hittin telah membuka jalan mudah bagi Salahuddin untuk menaklukan Baitul Muqaddis. Bahauddin telah mencatat bahawa Salahuddin sangat-sangat berniat untuk menaklukan Baitul Muqaddis hingga bukit pun akan menjadi bagian kecil yang membebani hatinya. Pada hari Jumaat, 27 Rajab, 583H, yaitu pada hari Isra’ Mi’raj, Salahuddin telah memasuki lapangan suci tempat Rasulullah S.A.W. naik ke langit.

Dalam catatan Bahauddin dia menyatakan inilah kemenangan atas kemenangan. Ramai orang yang terdiri dari ulama, pembesar-pembesar, pedagang dan orang-orang biasa datang merayakan gembira kemenangan ini. Kemudiannya ramai lagi orang datang dari pantai dan hampir semua ulama-ulama dari Mesir dan Syria datang untuk mengucapkan selamat kepada Salahuddin. Boleh dikatakan hampir semua pembesar-pembesar datang. Gema “Allahhu Akbar” dan “Tiada tuhan melainkan Allah” telah memenuhi langit.

Setelah 90 tahun silam, saat itu shalat Jumaat telah dapat diadakan lagi di Baitul Muqaddid. Salib yang terpampang di ‘Dome of Rock’ telah diturunkan. Betapa hebatnya peristiwa ini tidak dapat digambarkan. Hanya Allah saja yang tahu betapa hebatnya hari itu.

Salahuddin yang Penyayang
Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin semasa peperangan ini sangat jauh berbeda daripada kekejaman musuh Kristennya. Ahli sejarah Kristen pun mengakui hal ini. Lane-Poole mengesahkan bahwa kebaikan hati Salahuddin telah mencegahnya dari membalas dendam. Dia telah menuliskan bahwa Salahuddin telah menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang-orang Kristen menyerah kalah. Tenteranya sangat bertanggung jawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan hingga tidak terdengar orang-orang Kristen diperlakukan tidak baik.

Semua jalan keluar-masuk ke Baitul Muqaddis ditangannya dan seorang yang amanah telah dilantik di pintu Nabi Daud untuk menerima uang tebusan dari orang-orang Kristen yang ditawan. Lane-Poole juga telah menuliskan bahwa Salahuddin telah mengatakan kepada pegawainya, “Adikku telah memberikan infak, Padri besar pun telah menderma. Sekarang giliranku pula”. Lalu dia memerintahkan pegawainya mengumumkan di jalan-jalan Jerusalem bahawa siapa pun yang tidak mampu membayar tebusan boleh dibebaskan. Maka begitu ramailah orang berbondong-bondong keluar dari pintu St. Lazarus dari pagi hingga ke malam. Ini merupakan sedekah Salahuddin kepada orang miskin tanpa menghitung harga tebusan mereka.

Selanjutnya Lane-Poole menuliskan bagaimana pula tindak-tanduk tentara Kristen ketika menaklukan Baitul Muqaddis kali pertama pada tahun 1099. Telah tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem jalan-jalan itu ‘tersumbat’ dengan mayat-mayat, orang-orang Islam yang tidak bersenjata disiksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas cerobong dan menara rumah-rumah ibadah. Darah yang membasahi bumi yang mengalir dari pembunuhan orang-orang Islam secara beramai-ramai telah mencemarkan kesucian gereja di mana sebelumnya kasih sayang sentiasa diajarkan. Maka sangat bernasib baik orang-orang Kristen apabila mereka dilayani dengan baik oleh Salahuddin.
Lane-Poole juga menuliskan, jika hanya penaklukan Jerusalem saja yang diketahui mengenai Salahuddin, maka dia sudah cukup membuktikan dialah seorang penakluk yang paling penyantun dan baik hati di zamannya bahkan mungkin di sepanjang zaman.

Perang Salib Ketiga
Perang Salib pertama ialah kejatuhan Palestina kepada orang-orang Kristen pada tahun 1099 (490H) sementara yang kedua telah dimenangi oleh Salahuddin dalam peperangan Hittin pada tahun 583H (1187M) di mana beberapa hari kemudian dia telah menguasai Baitul Muqaddis tanpa perlawanan. Kekalahan tentara Kristen ini telah menggemparkan seluruh dunia Kristen Barat. Maka bantuan dari Eropa telah kerahkan ke bumi Palestina.

Hampir semua raja dan panglima perang dari dunia Kristen seperti Fredrick Barbossa Raja Jerman, Richard The Lionheart RajaInggris, Philips Augustus Raja Perancis, Leopold dari Austria, Duke of Burgundy dan Count of Flanders telah bersekutu menyerang Salahuddin yang hanya dibantu oleh beberapa pembesarnya dan saudara sepupunya serta tentaranya untuk mempertahankan kehormatan Islam. Berkat pertolongan Allah mereka tidak dapat dikalahkan oleh tentara yang bersekutu sebesar itu.

Peperangan ini berlanjutan selama 5 tahun hingga menyebabkan kedua belah pihak menjadi letih dan jemu. Akhirnya kedua belah pihak setuju untuk membuat perjanjian di Ramala pada tahun 588H. Perjanjian ini mengakui Salahuddin adalah penguasa Palestina seluruhnya kecuali wilayah Acra terletak di bawah pemerintahan Kristen. Maka berakhirlah peperangan Salib ketiga.

Lane-Poole mencatat perjanjian ini sebagai berakhirnya Perang Suci yang telah berlajut selama 5 tahun. Sebelum kemenangan besar Hittin pada bulan Julai, 1187 M, tak satu inci pun tanah Palestina berada di tangan orang-orang Islam. Selepas Perjanjian Ramala pada bulan September, 1192 M, keseluruhannya menjadi milik mereka kecuali satu jalur kecil dari Tyre ke Jaffa. Salahuddin tidak merasa malu dengan perjanjian ini walaupun sebagian kecil tanah Palestina masih di tangan orang-orang Kristian.

Atas seruan Pope, seluruh dunia Kristen telah mengangkat senjata. Raja Inggris, Perancis, Sicily dan Austria serta Duke of Burgundy, Count of Flanders dan beratus-ratus lagi pembesar-pembesar telah bersekutu membantu Raja dan Putra Mahkota Palestina untuk mengembalikan kerajaan Jerusalem kepada pemerintahan Kristen. Walau bagaimanapun ada raja yang mati dan ada yang datang dan sebagian pembesar-pembesar Kristen telah terkubur di Tanah Suci itu, tetapi Tanah Suci itu masih di dalam tangan Salahuddin.

Selanjutnya Lane-Poole mencatatkan, seluruh kekuatan dunia Kriten yang telah ditumpukan dalam peperangan Salib ketiga tidak mengoyahkan kekuatan Salahuddin. Tentaranya mungkin telah jemu dengan peperangan yang menyusahkan itu tetapi mereka tidak pernah mundur apabila diseru untuk mempertaruhkan jiwa raga mereka di jalan Tuhan. Tentaranya yang berada jauh di lembah Tigris di Irak mengeluh dengan tugas yang tiada henti-hentinya, tetapi ketaatan mereka tidak pernah terbagi lagi.

Bahkan dalam peperangan Arsuf, tentaranya dari Mosil (sebuah tempat di Iraq) telah menunjukkan ketangkasan yang hebat. Dalam peperangan ini, Salahuddin memang dapat memberikan kepercayaan kepada tentara-tentaranya dari Mesir, Mesopotamia, Syria, Kurds, Turkmans, tanah Arab dan bahkan orang-orang Islam dari mana-mana saja. Walaupun mereka berlainan bangsa dan kaum tetapi Salahuddin telah dapat menyatukan mereka di atas jalan Tuhan mulai peperangan pada tahun 1187 hingga berakhirnya pada tahun 1192.

Lane-Poole juga menuliskan dalam peperangan ini Salahuddin sentiasa bermusyawarah. Dia mempunyai majelis syura (musyawarah) yang membuat keputusan-keputusan ketentaraan. Kadang-kadang majelis ini membatalkan keputusan Salahuddin sendiri. Dalam majelis ini tak seorang pun yang mempunyai suara lebih berat yang lebih mempengaruhi fikiran Salahuddin. Semuanya sama saja. Dalam majelis itu ada adiknya, anak-anaknya, anak saudaranya, sahabat-sahabat lamanya, pembesar-pembesar tentara, kadi, bendahara dan setiausaha. Semuanya mempunyai sumbangan yang sama banyak dalam membuat keputusan. Pendeknya semuanya menyumbang dalam kepakaran masing-masing. Walau apa pun perbincangan dan perdebatan dalam majelis itu, mereka tetap taat kepada Salahuddin.

Kematian Salahuddin Al-Ayubi
Pada hari Rabu, 27 Safar, 589H, pulanglah Salahuddin ke rahmatullah stelah bersusah payah mengembalikan tanah air Islam pada usia 57 tahun. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis mengenai hari-hari terakhir Salahuddin. Pada malam 27 Safar, 12 hari selepas dia jatuh sakit, dia menjadi sangat lemah. Syeikh Abu Ja’afar seorang yang taat beragama telah diminta menemani Salahuddin di Istana supaya jika dia sedang menghadapi sakaratul maut, bacaan Qur’an dan syahadah dapat diperdengarkan kepadanya.
Memang pada malam itu telah nampak tanda-tanda berakhirnya hayat Salahuddin. Syeikh Abu Jaafar telah duduk di tepi katilnya semenjak 3 hari yang lepas membacakan Qur’an. Pada saat itu Salahuddin selalu pingsan dan sadar sebentar. Apabila Syeikh Abu Jaafar membacakan ayat, “Dialah Allah, tiada tuhan melainkan Dia, Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata” (Al-Hasyr: 22), Salahuddin membuka matanya sambil senyum, mukanya berseri dan denga nada yang gembira dia berkata, “Memang benar”. Selepas dia mengucapkan kata-kata itu rohnya pun kembali ke rahmatullah. Saat itu adalah sebelum subuh, 27 Safar.

Seterusnya Bahauddin menceritakan Salahuddin tidak meninggalkan harta kecuali satu dinar dan 47 dirham ketika dia wafat. Tiada rumah-rumah, barang-barang, tanah, kebun dan harta-harta lain yang ditinggalkannya. Bahkan harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk upah mengebumikannya. Keluarganya terpaksa meminjam uang untuk menanggung upah pemakaman ini. Bahkan kain kafan pun diberikan oleh seorang menterinya.

Salahuddin yang Taat Beragama

Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin mencatatkan tentang ketaatan Salahuddin. Satu hari dia berkata bahwa dia telah lama tidak pergi sembahyang berjemaah. Dia memang suka sembahyang berjemaah, bahkan ketika sakitnya dia akan memaksa dirinya berdiri di belakang imam. Disebabkan sembahyang adalah ibadah utama yang ditetapkan oleh Rasulullah S.A.W., dia sentiasa mengerjakan sembahyang sunnat malam. Jika ada hal lain yang menyebabkannya tidak dapat sembahyang malam, dia akan menunaikannya ketika hampir subuh. Bahauddin melihatnya sentiasa sembahyang di belakang imam ketika sakitnya, kecuali tiga hari terakhir di mana dia telah sangat lemah dan selalu pingsan.
Tetapi dia tidak pernah tinggal sembahyang fardhu. Dia tidak pernah membayar zakat kerana dia tidak mempunyai harta yang cukup nisab. Dia sangat murah hati dan akan menyedekahkah apa yang ada padanya kepada fakir miskin dan kepada yang memerlukan hinggakan ketika wafatnya dia hanya memiliki 47 dirham uang perak dan satu dinar uang emas. Dia tidak meninggalkan harta.
Bahauddin juga mencatat bahawa Salahuddin tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan kecuali hanya sekali karena dinasihatkan oleh Kadi Fadhil. Ketika sakitnya pun dia berpuasa hingga dokter menasihatkannya dengan tegas supaya berbuka. Lalu dia berbuka dengan hati yang berat sambil berkata, “Aku tak tahu bila ajal akan menemuiku”. Maka segera dia membayar fidyah.
Dalam catatan Bahauddin juga menunjukkan Salahuddin sangat ingin menunaikan haji ke Mekah tetapi dia tidak pernah berkesempatan. Pada tahun wafatannya, keinginannya menunaikan haji telah menjadi-jadi tetapi takdir berkehendak lain. Dia sangat gemar mendengar bacaan Al-Qur’an. Dalam medan peperangan dia acap kali duduk mendengar bacaan Qur’an para pengawal yang dikunjunginya hingga 3 atau 4 juz’ semalam. Dia mendengar dengan sepenuh hati dan perhatian sehingga air matanya membasahi dagunya. Dia juga gemar mendengar bacaan hadis Rasulullah S.A.W. Dia akan memerintahkan orang-orang yang bersamanya duduk apabila hadist dibacakan. Apabila ulama hadist datang, dia akan pergi mendengar kuliahnya. Kadang kadang dia sendiri membacakan hadis dengan mata yang berlinang. Dalam peperangan kadang-kadang dia berhenti di antara musuh-musuh yang datang untuk mendengarkan hadis-hadis dibacakan kepadanya.

Salahuddin sangat yakin dan percaya kepada pertolongan Allah. Dia biasa meletakkan segala harapannya kepada Allah terutama ketika dalam kesusahan. Pada satu ketika dia berada di Jerusalem yang pada saat itu seolah-olah tidak dapat bertahan lagi dari kepungan tentara sekutu Kristen. Walaupun keadaan sangat mendesak dia enggan untuk meninggalkan kota suci itu. Malam itu adalah malam Jumaat musim dingin. Bahaauddin mencatat, “Hanya aku dan Salahuddin saja pada saat itu. Dia menghabiskan waktu malam itu dengan bersembahyang dan munajat.
Pada tengah malam saya minta supaya dia beristirahat tetapi jawabnya, “Ku fikir kau mengantuk. Pergilah tidur sejenak”. Saat hampir subuh aku pun bangun dan pergi mendapatkannya. Aku dapati dia sedang membasuh tangannya. “Aku tidak tidur semalam” katanya. Selepas sembahyang subuh aku berkata kepadanya, “Kau bermunajat kepada Allah memohon pertolongan-Nya”. Lalu dia bertanya, “Apa yang perlu ku lakukan?”
Aku menjawab, hari ini hari Jumaat. Engkau mandilah sebelum pergi ke masjid Aqsa. Keluarkanlah infaq dengan diam-diam. Apabila kau tiba di masjid, sembahyanglah dua rakaat selepas azan di tempat Rasulullah S.A.W. pernah sembahyang sebelum mi’raj dahulu. Aku pernah membaca hadis doa yang dibuat di tempat itu adalah mustajab. Oleh karena itu kau bermunajatlah kepada Allah dengan ucapan “Ya Tuhanku, aku telah kehabisan segala perbekalanku. Kini aku mohon pertolongan-Mu. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu. Aku yakin hanya Engkau saja yang dapat menolongku dalam keadaan yang genting ini”

Aku berkata kepadanya, “Aku sangat berharap Allah akan mengkabulkan doamu”. Lalu Salahuddin melakukan apa yang ku usulkan. Aku berada di sebelahnya ketika dahinya mencecah bumi sambil menangis hingga air matanya mambasahi janggutnya dan menitik ke tempat sembahyang. Aku tidak tahu apa yang didoakannya tetapi aku melihat tanda-tanda doanya dikabulkan sebelum hari itu berakhir. Perpecahan terjadi di antara musuh-musuh yang menyebabkan berita baik bagi kami beberapa hari kemudian. Akhirnya mereka membuka kemah-kemah mereka dan berangkat ke Ramala pada hari Senin pagi”

Tingkah-laku Salahuddin Al-Ayubi
Siapa yang dekat dengannya mengatakan dia adalah seorang Islam yang taat kepada Allah, sangat peka kepada keadilan, pemurah, lembut hati, sabar dan tekun. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah mencatat bahwa dia telah memberikan waktu untuk rakyat dua kali seminggu, yaitu pada hari Senin dan Selasa. Pada waktu tersebut ia disertai oleh pembesar-pembesar negara, ulama dan kadi. Semua orang dapat berjumpa dengannya. Dia sendiri akan membacakan pengaduan yang diterimanya dan mengucapkan untuk dituliskan oleh juru tulis tindakan yang perlu diambil dan terus ditandatanganinya pada saat itu juga. Dia tidak pernah membenarkan orang meninggalkannya selagi dia belum menyempurnakan maksud orang itu. Dalam saat yang sama dia sentiasa bertasbih kepada Allah.
Jika ada orang membuat pengaduan, dia akan mendengarkan dengan teliti dan kemudian memberikan keputusannya. Suatu hari seorang lelaki telah membuat pengaduan berkenaan Taqiuddin, anak saudaranya sendiri. Dengan segera dia memanggil anak saudaranya itu dan meminta penjelasan. Pada saat yang lain ada orang yang membuat tuduhan kepada Salahuddin sendiri. Yang memerlukan penyiasatan. Walaupun tuduhan orang itu didapati tidak beralasan, dia telah menghadiahkan orang itu sehelai jubah dan beberapa pemberian yang lain.
Dia adalah seorang yang mulia dan baik hati, lemah lembut, penyabar dan sangat benci ketidakadilan. Dia sentiasa mengabaikan kekhilafan-kekhilafan para pembantu dan khadamnya. Jika mereka melakukan kesalahan yang memanaskan hatinya, dia tidak pernah menyebabkan kemarahannya menjatuhkan air muka mereka. Pada suatu ketika dia pernah meminta air minum, tetapi entah apa sebabnya air itu tidak diberikan kepadanya. Dia meminta sehingga lima kali lalu berkata, “Aku hampir mati kehausan”. Dia kemudian meminum air yang dibawakan kepadanya tanpa menunjukkan kemarahan.
Pada yang lain dia hendak mandi selepas mengalami sakit yang agak lama. Didapatinya air yang disediakan agak panas, lalu dia meminta air dingin. Sebanyak dua kali khadamnya menyebabkan air dingin itu terpercik kepadanya. Disebabkan dia belum benar-benar sehat, dia merasa kedinginan tetapi dia hanya berkata kepada khadamnya, “Katakan sajalah kalau kau tak suka kepadaku”. Lalu khadam itu cepat-cepat minta maaf dan Salahuddin terus memaafkannya.

Bahauddin juga telah mencatatkan beberapa peristiwa yang menunjukkan sifat pemurah dan baik hati Salahuddin. Kadang-kadang kawasan yang baru dikuasainya pun diberikannya kepada pengikutnya. Satu ketika dia telah berjaya menawan bandar ‘Amad. Lalu seorang perwira tentara, Qurrah Arslan, menyatakan keinginannya untuk memerintah bandar itu. Dengan senang hati dia memberikannya. Bahkan beberapa kali dia menjualkan hartanya semata-mata untuk membeli hadiah. Melihat betapa pemurahnya Salahuddin, bendaharanya selalu merahasiakan baki uang simpanan untuk digunakan pada masa darurat.
Jika dia tahu, dia akan menyedekahkan kekayaan negara hingga habis. Salahuddin pernah mengatakan bahwa baginya uang dan debu sama saja. “Aku tahu”, kata Bahauddin, “Dia mengatakan dirinya”. Salahuddin tidak pernah membiarkan tamunya meninggalkannya tanpa hadiah atau barang bentuk pemberian tanda penghargaan, walaupun tamunya itu seorang kafir. Raja Saida pernah melawat Salahuddin dan dia menyambutnya dengan tangan terbuka, melayaninya dengan hormat dan mengambil kesempatan menerangkan Islam. Bahkan Salahuddin sentiasa mengirimkan es dan buah-buahan kepada Richard the Lionheart, musuh beratnya, ketika Raja Inggris itu jatuh sakit.
Hatinya memang sangat lembut hingga dia sangat mudah tersentuh apabila melihat orang lain dalam kesusahan dan kesedihan. Suatu hari seorang perempuan Kristen datang mengadu kehilangan bayinya. Perempuan itu menangis dan meraung di depan Salahuddin sambil menceritakan bayinya dicuri dari kemahnya. Perempuan itu seterusnya mengatakan dia telah diberitahu bahwa hanya Salahuddin saja yang bisa mendapatkan bayi itu kembali. Hatinya tersentuh mendengar cerita perempuan itu lalu dia pun turut menangis. Dia segera memerintahkan pegawai-pegawainya mencari bayi itu di pasar hamba-sahaya. Tidak lama kemudian bayi itu telah dapat dibawa kembali lalu dengan rasa gembira mendoakan kesejahteraan Salahuddin.
Bahauddin juga mencatat Salahuddin sangat belas kasihan kepada anak-anak yatim. Bila dia berjumpa anak-anak yatim dia akan mengusahakan supaya ada orang yang menjadi penjaga anak itu. Kadang-kadang dia sendiri yang akan menjaga dan membesarkan anak yatim yang ditemuinya. Dia juga sangat kasihan melihat orang tua atau yang berkurangan dan akan memberikan penjagaan yang khas kepada mereka apabila dia bertemu dengan orang seperti itu.

Kesungguhan dan Semangat Sallahuddin Al-Ayubi
Ketika mengepung negeri Acre, Bahauddin mencatat bahawa Salahuddin mengidap sakit berat yang menyebabkan beliau sangat susah untuk bangun. Meskipun demikian, dia keluar menunggang kudanya untuk memeriksa angkatan tentaranya. Bahauddin bertanya kepadanya bagaimana dia bisa menahan sakitnya. Maka Salahuddin menjawab, “Penyakit akan meninggalkanku apabila kamu menunggang kuda”.

Pada saat yang lain dia sebenarnya dalam keadaan yang lemah akibat sakit tetapi dia pergi memburu musuh sepanjang malam. “Apabila dia sakit”, kata Bahauddin,” Aku dan dokter akan bersamanya sepanjang malam. Dia tidak dapat tidur akibat menahan sakit, tetapi apabila pagi menjelang, dia akan menunggang kuda untuk melawan musuh. Dia mengantar anak-anaknya ke medan perang sebelum memerintahkan orang lain berbuat demikian. Aku dan dokternya bersamanya sepanjang hari menunggang kuda hingga musuh mundur apabila senja menjelang. Dia hanya akan kembali ke kemah selepas memberikan arahan untuk penjagaan malam”.
Dalam kesungguhan, semangat dan ketahanan rasanya tak ada yang dapat menandingi Salahuddin. Kadang-kadang dia sediri pergi ke kawasan perkemahan tentara musuh bersama para pengintainya sekali bahkan dua kali sehari. Ketika berperang dia sendiri akan pergi menempuh celah-celah tentara musuh yang sedang marah. Dia sentiasa mengadakan pemeriksaan pada setiap tentaranya dan memberikan arahan kepada panglima-panglima tentaranya. Bahauddin mencatatkan satu kisah yang menunjukkan betapa beraninya Salahuddin.
Salahuddin diberitahu bahwa dia selalu mendengar bacaan hadis pada masa lapang bukannya ketika perang. Apabila mendengar hal ini dia segera mengarahkan supaya hadis-hadis dibacakan kepadanya ketika peperangan sedang berkecamuk dengan sengitnya.
Salahuddin tidak pernah gentar dengan ramainya tentara Salib yang datang untuk menentangnya. Dalam beberapa saat, tentara Salib berjumah sekitar 600,000 orang, tetapi Salahuddin menghadapinya dengan tentara yang jauh lebih sedikit. Berkat pertolongan Allah dia menang, membunuh banyak musuh dan membawa banyak tawanan.
Ketika mengepung Acre, pada satu petang lebih dari 70 kapal tentara musuh beserta senjata berat mendarat pada satu petang. Boleh dikatakan semua orang merasa gentar kecuali Salahuddin. Dalam satu peperangan yang sengit pada saat kepungan ini, serangan mendadak besar-besaran dari musuh itu telah menyebabkan tentara Islam kalang kabut. Tentara musuh telah mencapai kemah-kemah tentara Islam bahkan telah sampai ke kemah Salahuddin dan mencabut benderanya. Tetapi Salahuddin bertahan dengan teguhnya dan berjaya mengatur tentaranya kembali sehingga dia berjaya membalikkan kekalahan menjadi kemenangan. Musuh telah kalah dan mundur meninggalkan lebih kurang 7,000 mayat-mayat.
Bahauddin mencatat betapa besarnya cita-cita Salahuddin. Suatu hari Salahuddin pernah berkata kepadanya, “Aku hendak memberi tahu kamu apa yang ada dalam hatiku. Apabila Allah mentakdirkan seluruh tanah suci ini di bawah kekuasaanku, aku akan serahkan tanah-tanah kekuasaanku ini kepada anak-anakku, ku berikan arahan-arahanku yang terakhir lalu ku ucapkan selamat tinggal. Aku akan berlayar untuk menaklukkan pulau-pulau dan tanah-tanah. Aku tak akan meletakkan senjata ku selagi masih ada orang-orang kafir di atas muka bumi atau jika ajalku sampai.

Salahuddin Al-Ayubi Sebagai Ulama
Salahuddin memiliki dasar pengetahuan agama yang kokoh. Ia juga mengetahui setiap suku-suku kaum Arab dan adat-adat mereka. Bahkan dia mengetahui sifat-sifat kuda Arab walaupun dia sebenarnya orang Kurdi. Dia sangat gemar mengumpulkan pengetahuan dan kabar dari kawan-kawannya dan utusan-utusannya yang senantiasa berjalan dari satu penjuru ke satu penjuru negerinya. Di samping Qur’an ia juga banyak menghafal syair-syair Arab.
Lane-Poole juga menuliskan bahawa Salahuddin mempunyai pengetahuan yang dalam dan gemar untuk mendalami lagi bidang-bidang akidah, ilmu hadis serta sanad-sanad dan perawi-perawinya, syariah dan usul fiqih dan juga tafsir Qur’an.
Rujukan :
Bahauddin bin Shaddad. 1234M,632H.Al-Nawadir-I-Sultania: Sirat Salahuddin (Bin Nawadir-I-Sultania). Mesir (diterbitkan 1317h):31,32-33, 7,155 Poole S. L. 1914. Saladin. New York: 72, 99
Dipetik :
Biografi Salahuddin Al-Ayyubi oleh Abul Hassan Ali Nadwai Judul Asli : Saviors of Islamic Spirit.

Ikeuchi Aya






Ikeuchi Aya was a 15-year-old girl. She was Japanese. She lived with her parents, her brother, and her sisters. She was the oldest among them. Her father opened a tofu shop at their house. Her mother worked as a health consultant.
Until she reached the age of 15, she was very healthy and lively. She joined the basketball team in her junior high school as well as in her senior high school. She was really good at basketball and became a regular member as soon as she joined the team.

But at 15, she realized something weird was going on with her body. She fell really often when she walked and also couldn’t pick her bag up from the floor, when she wanted to put it into her school locker. Of course, for a normal person, this wouldn't happen.

Not only Aya, but her mother noticed it as well. So one day, when Aya fell again right on her face, her mother brought her to the hospital to cure her injury and also to have a general check-up. The doctor was a neurologist. He found that Aya’s cerebrum suffered from a degenerative condition. He soon told Aya’s parents. And for Aya, she found out by herself that she had an incurable disease named Spinocerebellar Degeneration.

From then on, Aya’s condition got worse and worse. She became just like the doctor said she would be. She became unable to walk and was forced to use a wheelchair at school, so she had to leave the basketball team. Then, it became very difficult for her to write. It made her lessons in class difficult to do. The teachers decided she must move to a school for the disabled. Sadly, she moved there.

Years later, she had to stay in the hospital because her condition made it impossible to live outside. From then on, she could no longer speak. It became difficult to write, and difficult to swallow food. In her 25th year, she left this world.

Now, her youngest sister, Rika, works as a private tutor teaching kids how to study; her younger brother, Hiroki, is working as a policeman, protecting the area and keeping it safe. Her younger sister, Ako-san, ever since graduating from Higashikou High School where Aya attended, like Shioka, has been working as a health consultant. Her father, Mizuno, and her mother, Shioka, up until now are still continuing to pass on Aya’s beliefs.

During her suffering, she wrote in her diary every day until she couldn’t write anymore. She said it was the only way to prove that she was still alive… Here are some words from her diary:

“If I were a flower, then now I would be a bud.
I shall treasure the beginning of my youth without any regrets.
This disease, why did it choose me?

Fate. It can't be put into words.


I want to make a time machine and go back in time.


If it wasn't for this disease,

not only I could enjoy falling in love but I also

wouldn’t have to rely on anyone and live by myself.


I really don't want to say things such as 'I want to go back to how things were before.'


I recognize how I am right now, and I will continue to live on.


Therefore I definitely won't run away.

That's what I’ll do. Definitely, always.
Even if it's like that, I still want to stay here.
because this is the place where I am.

If you look up at the sky after falling down the blue sky is also today

stretching limitlessly and smiles at me...I'm alive.

People shouldn’t dwell on the past. It's enough
to try your best in all that you're doing now.

Reality is too cruel, too brutal.

I don’t even have the right to dream.
As i think about the future, the tears will come out again."

“Mom, can I get married?”

The diary, 1 Litre of Tears, that Aya had been writing in since she was 15 has sold 18 million copies. Even after 29 years it still continues to give a lot of people courage.